Limbah Non Bahan Berbahaya dan Beracun (Non B3)
Limbah
B3
Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemari lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.
Menurut RCRA (Resource Conservation and Recovery Act) Limbah (Solid)
atau gabungan berbagai limbah dengan jumlah dan konsentasinya, atau karena
karakteristik fisik-kimia-dan daya infeksiusnya bersifat :
· Dapat mengakibatkan timbulnya atau menyebabkan
semakin parahnya penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau penyakit yang
melumpuhkan,
· Menyebabkan timbulnya gangguan atau berpotensi
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan manusia atau lingkungan, apabila tidak
diolah, disimpan, diangkut , dibuang atau dikelola dengan baik.
Limbah
Non B3
Limbah
non B3 merupakan limbah yang tidak mengandung bahan berbahaya dan beracun.
Jenis-Jenis
Sampah
Setiap
hari manusia menghasilkan sampah yang jenisnya tergantung dari aktivitasnya. Setiap jenis memiliki metode pengolahan yang berbeda. Sampah yang tercampur menyebabkan biaya
pengolahan menjadi mahal. Oleh karena itu, kunci dari pengelolaan sampah adalah
pemilahan, atau pemisahan antara jenis sampah yang satu dengan jenis sampah
yang lain. Marilah kita memahami lebih lanjut apa saja jenis sampah dan
bagaimana pengolahan masing-masing.
Sampah Organik
Sampah
organik atau sering disebut sampah basah adalah jenis sampah yang berasal dari
jasad hidup sehingga mudah membusuk dan dapat hancur secara alami.Contohnya
adalah sayuran, daging, ikan, nasi, dan potongan rumput/ daun/ ranting dari
kebun.Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari sampah organik setiap harinya.
Pembusukan sampah organik terjadi karena proses biokimia akibat penguraian
materi organik sampah itu sendiri oleh mikroorganime (makhluk hidup yang sangat
kecil) dengan dukungan faktor lain yang terdapat di lingkungan. Metoda
pengolahan sampah organik yang paling tepat tentunya adalahmelalui
pembusukan yang dikendalikan, yang dikenal dengan pengomposan atau komposting.
Sampah Non Organik
Sampah non organik atau sampah kering atau sampah yang
tidak mudah busuk adalah sampah yang tersusun dari senyawa non organik yang berasal dari sumber daya alam
tidak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri.
Contohnya adalah botol gelas, plastik, tas plastik, kaleng, dan logam. Sebagian
sampah non-organik tidak dapat diuraikan oleh alam sama sekali, dan sebagian
lain dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Mengolah sampah non-organik
erat hubungannya dengan penghematan sumber daya alam yang digunakan untuk
membuat bahan-bahantersebut dan pengurangan polusi akibat
proses produksinya di dalam pabrik.
Perbandingan lamanya sampah organik dan
non-organik hancur dapat dilihat pada tabel berikut:
Gelas / Kaca
Sampah gelas dapat didaur ulang dengan menghancurkan, melelehkan, dan
memproses kembali sebagai bahan baku dengan temperatur tinggi sampai menjadi
cairan gelas dan kemudian dicetak. Jika dibuang, sampah gelas membutuhkan
ratusan bahkan ribuan tahun untuk bisa hancur dan menyatu. Sebagian besar kaleng dibuat dari aluminium
melalui proses yang membutuhkan banyak energi. Sampah kaleng dapat didaur ulang
dengan melelehkan dan menjadikan batang aluminium sebagai bahan dasar produk
baru. Dengan demikian, sumber energi dapatdihemat, polusi dapat dikurangi, dan sumber daya bauksit,
kapur dan soda abu sebagai bahan dasar aluminium dapat dihemat.
Kaleng
Sebagian
besar kaleng dibuat dari aluminium melalui proses yang membutuhkan banyak
energi. Sampah kaleng dapat didaur ulang dengan melelehkan dan menjadikan
batang aluminium sebagai bahan dasar produk baru. Dengan
demikian, sumber energi dapat dihemat, polusi dapat dikurangi, dan sumber daya
bauksit, kapur dan soda abu sebagai bahan dasar aluminium dapat dihemat.
Plastik
Sampah plastik termasuk sampah yang tidak dapat hancur dan menyatu
dengan tanah. Plastik yang bahan dasarnya minyak bumi sudah menjadi gaya hidup
sehari-hari manusia, sebagai bahan pembungkus maupun pengganti alat dan
perabotan seperti gelas/ sendok/ piring plastik, dan kemasan makanan dan
minuman. Daur ulang plastik dapat dilakukan dengan melelehkan dan menjadikan
bijih plastik sebagai bahan dasar produk baru. Hal
ini membutuhkan mesin yang relatif mahal dan dapat mengganggu pemukiman,
sehingga tidak dianjurkan bagi rumah tangga. Yang
dapat kita lakukan adalah memakai barang-barang yang terbuat dari plastik
secara berulang-ulang, atau membuat kreativitas dari sampah plastik.
Styrofoam
Penduduk
perkotaan saat ini cukup akrab dengan styrofoam yang sering digunakan sebagai
pembungkus barang. Bahan ini dibuatdari zat kimia yang
berbahaya, yang apabila dibakar akan menimbulkan gas beracun. Pemakaian
styrofoam sebisa mungkin perlu dihindari, karena selain berbahaya bagi
kesehatan, sampahnya tidak dapat hancur secara alami.
Kertas
Menghemat
penggunaan kertas adalah cara terbaik. Selain mengurangi jumlah sampah, kita
sekaligus menghemat jumlah pohon yang ditebang. Daur
ulang kertas dapat dilakukan dengan menghancurkan dan membuat bubur kertas
sebagai bahan dasar produk baru. Hal ini dapat juga dilakukan oleh rumah
tangga, namun tidak dianjurkan untuk kertas koran karena banyak mengandung
logam berat.
Kunci keberhasilan program kebersihan dan
pengelolaan sampah terletak pada :
(1) Pemilahan
Tanpa pemilahan, pengolahan sampah menjadi
sulit, mahal dan beresiko tinggi mencemari lingkungan danmembahayakan
kesehatan. Pemilahan adalah memisahkan antara jenis sampah
yang satu dengan jenis yang lainnya. Minimal pemilahan menjadi dua jenis:
sampah organik dan non organik. Sebab sampah organik yang menginap satu hari
saja sudah dapat menimbulkan bau, namun tidak demikian halnya dengan sampah non
organik.
Berbagai bentuk dan bahan wadah pemilahan
dapat digunakan. Setiap pilihan memiliki kelebihan dan
kekurangan.
Prinsipnya: disesuaikan dengan kondisi
lingkungan dan kemampuan masyarakat yang akan memilah. Umumnya pemilahan di
lokasi yang telah melakukan program pengelolaan sampah adalah sebagai berikut:
Pengolahan sampah non B3 diantaranya dapat dilakukan:
Pencacahan: pengolahan fisik dengan memotong/mengurangi ukuran sampah agar lebih
mudah diolah, misalnya untuk proses pengomposan rumah tangga.
Pemadatan: pengolahan fisik dengan menambah densitas (kepadatan) sampah agar
volumenya berkurang, terutama untuk menghemat penggunaan truk untuk
pengangkutan sampah ke TPA. Contohnya di DKI Jakarta adalah stasiun peralihan
antara (transfer station) di Cakung, di Bandung sudah di sediakan
beberapa TPA.
Pengomposan/komposting: pengolahan sampah organik melalui pembusukan
(proses biologis) yang terkendali. Hasil yang diperoleh disebut kompos.
Daur ulang sampah non organik: pengolahan fisik dan kimia untuk mengubah
sampah non organik menjadi material baru yang dapat dimanfaatkan kembali.
Contoh: melelehkan plastik dan mencacahnya menjadi bijih plastik, membuat bubur
kertas untuk menjadikan kertas daur ulang, dan membuat kerajinan atau hasta
karya.
Pembakaran: pengolahan fisik dengan membakar sampah pada temperatur tinggi
(diatas 1000 derajat celcius). Pembakaran atau insinerasi sangat mahal dan
perlu teknologi tinggi agar tidak berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan
manusia. Karena itu, insinerasi tidak cocok untuk tingkat RT atau RW, yang
jumlah sampahnya masih dibawah 120 ton per hari.
Reuse, Reduce, Recyle (3R)
3R merupakan singkatan dari kata Reuse,
Reduce, dan Recyle hingga saat ini 3R masih menjadi cara terbaik dalam
melakukan berbagai permasalahan seperti mengelola dan menangani sampah-sampah
yang ada di lingkungan sekitar kita, 3R merupakan langkah-langkah dalam
melakukan proses daur ulang sampah dari yang terbuang dan tidak berguna menjadi
berguna bahkan bisa menghasilkan uang kembali.
Penerapan sistem 3R merupakan solusi dalam
mengelola sampah menjadi berguna seperti kompos atau menjadikan sampah sebagai
sumber listrik, sudah banya pembangkit listrik yang menggunakan sampah sebagai
sumber utamanya, bahkan sistem 3R ini cara penggunaan dan pengelolaannya bisa
dilakukan siapa saja karena cara melakukannya mudah dan simpel.
Reuse atau
penggunaan kembali adalah kegiatan menggunakan kembali material atau bahan yang
masih
layak pakai. Sebagai contoh, kantong plastik atau kantng kertas yang umumnya
didapa dari hasil kita berbelanja, sebaiknya tidak dibuang tetapi dikumpulkan
untuk digunakan kembali saat dibutuhkan.
Reduce atau
Pengurangan adalah kegiatan mengurangi pemakaian atau pola perilaku
kita yang
dapat menguarangi produksi sampah, serta tidak melakukan pola konsumsi yang
berlebihan. Contohny yaitu dengan menggunakan alat-alat makan atau dapur yang
tahan lama dan berkualitas sehingga memperpanjang masa pakai produk atau
mengisi ulang atau refill produk yang dipakai seperti aqua galon, tinta
printer.
Recycle atau
mendaul ulang adalah kegiatan mengolah kembali atau mendaur ulang. Pada
perinsipnya, kegitan ini memanfaatkan barang bekas dengan cara mengolah
materinya untuk dapat digunakan lebih lanjut. Contoh, mengolah sampah organik
untuk dijadikan pupuk kompos, mengolah sampah anorganik menjadi handicraft.
Membuat kertas daur ulang kertas yang dapat dilakukan di rumah tangga
atau masyarakat
Lembar Kerja
Alat-alat:
Blender
Screen (cetak
saring)
Rekel
(dapat dibeli di toko kertas)
Papan kayu
yang dilapisi kain tipis (disebut sebagai kain hero)
Bak besar
Kertas bekas (sewarna dan sejenis lebih baik)
Lem kertas
Air
Langkah kerja :
1.
Kertas
bekas dipotong kecil-kecil dengan ukuran sekitar 3 x 3 cm.
2.
Potongan
kertas direndam di dalam bak air selama sekitar tiga jam (tergantung jenis
kertasnya).
3.
Kertas
dilunakkan dengan blender hingga halus hasilnya dan menyerupai bubur kertas
(pulp).
4.
Masukkan
bubur kertas (pulp) ke dalam bak besar lagi. Bubur kertas dan lem kemudian
dimasukkan ke dalam bak besar berisi air. Perbandingan antara air, bubur kertas
dan lem adalah: 15 liter air : 3 liter bubur kertas : 1 sendok makan lem.
Masukkan karakteristik yang dipilih ke dalam bak, lalu aduk hingga merata
dengan campuran pulp dan lem.
5.
Masukkan
screen ke dalam bak. Angkat screen hingga pulp tinggal di atas screen.
6.
Basahi
papan yang telah dilapisi dengan kain hero. Tempelkan screen ke papan lalu
dirakel sehingga airnya turun. Angkat screen hingga kertas menempel di papan
7.
Ulangi
langkah berkali-kali hingga papan dipenuhi oleh kertas secara merata. Jemur
papan di tempat panas hingga kertas menjadi kering.
8.
Setelah
kering, cabut kertas dengan perlahan-lahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar