Kamis, 21 Januari 2021

LIMBAH NON B3

 Limbah Non Bahan Berbahaya dan Beracun (Non B3)

 

Limbah B3

Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemari lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

Menurut RCRA (Resource Conservation and Recovery Act) Limbah (Solid) atau gabungan berbagai limbah dengan jumlah dan konsentasinya, atau karena karakteristik fisik-kimia-dan daya infeksiusnya bersifat :

·  Dapat mengakibatkan timbulnya atau menyebabkan semakin parahnya penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau penyakit yang melumpuhkan,

·     Menyebabkan timbulnya gangguan atau berpotensi menimbulkan gangguan terhadap kesehatan manusia atau lingkungan, apabila tidak diolah, disimpan, diangkut , dibuang atau dikelola dengan baik.

 

Limbah Non B3

            Limbah non B3 merupakan limbah yang tidak mengandung bahan berbahaya dan beracun.

 

Jenis-Jenis Sampah

Setiap hari manusia menghasilkan sampah yang jenisnya tergantung dari aktivitasnya. Setiap jenis memiliki metode pengolahan yang berbeda. Sampah yang tercampur menyebabkan biaya pengolahan menjadi mahal. Oleh karena itu, kunci dari pengelolaan sampah adalah pemilahan, atau pemisahan antara jenis sampah yang satu dengan jenis sampah yang lain. Marilah kita memahami lebih lanjut apa saja jenis sampah dan bagaimana pengolahan masing-masing.

 

Sampah Organik

Sampah organik atau sering disebut sampah basah adalah jenis sampah yang berasal dari jasad hidup sehingga mudah membusuk dan dapat hancur secara alami.Contohnya adalah sayuran, daging, ikan, nasi, dan potongan rumput/ daun/ ranting dari kebun.Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari sampah organik setiap harinya. Pembusukan sampah organik terjadi karena proses biokimia akibat penguraian materi organik sampah itu sendiri oleh mikroorganime (makhluk hidup yang sangat kecil) dengan dukungan faktor lain yang terdapat di lingkungan. Metoda pengolahan sampah organik yang paling tepat tentunya adalahmelalui pembusukan yang dikendalikan, yang dikenal dengan pengomposan atau komposting.

 

Sampah Non Organik

Sampah non organik atau sampah kering atau sampah yang tidak mudah busuk adalah sampah yang tersusun dari senyawa non organik yang berasal dari sumber daya alam tidak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Contohnya adalah botol gelas, plastik, tas plastik, kaleng, dan logam. Sebagian sampah non-organik tidak dapat diuraikan oleh alam sama sekali, dan sebagian lain dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Mengolah sampah non-organik erat hubungannya dengan penghematan sumber daya alam yang digunakan untuk membuat bahan-bahantersebut dan pengurangan polusi akibat proses produksinya di dalam pabrik.

 

Perbandingan lamanya sampah organik dan non-organik hancur dapat dilihat pada tabel berikut:


Gelas / Kaca

Sampah gelas dapat didaur ulang dengan menghancurkan, melelehkan, dan memproses kembali sebagai bahan baku dengan temperatur tinggi sampai menjadi cairan gelas dan kemudian dicetak. Jika dibuang, sampah gelas membutuhkan ratusan bahkan ribuan tahun untuk bisa hancur dan menyatu. Sebagian besar kaleng dibuat dari aluminium melalui proses yang membutuhkan banyak energi. Sampah kaleng dapat didaur ulang dengan melelehkan dan menjadikan batang aluminium sebagai bahan dasar produk baru. Dengan demikian, sumber energi dapatdihemat, polusi dapat dikurangi, dan sumber daya bauksit, kapur dan soda abu sebagai bahan dasar aluminium dapat dihemat.

 

Kaleng

Sebagian besar kaleng dibuat dari aluminium melalui proses yang membutuhkan banyak energi. Sampah kaleng dapat didaur ulang dengan melelehkan dan menjadikan batang aluminium sebagai bahan dasar produk baru. Dengan demikian, sumber energi dapat dihemat, polusi dapat dikurangi, dan sumber daya bauksit, kapur dan soda abu sebagai bahan dasar aluminium dapat dihemat.

 

Plastik

Sampah plastik termasuk sampah yang tidak dapat hancur dan menyatu dengan tanah. Plastik yang bahan dasarnya minyak bumi sudah menjadi gaya hidup sehari-hari manusia, sebagai bahan pembungkus maupun pengganti alat dan perabotan seperti gelas/ sendok/ piring plastik, dan kemasan makanan dan minuman. Daur ulang plastik dapat dilakukan dengan melelehkan dan menjadikan bijih plastik sebagai bahan dasar produk baru. Hal ini membutuhkan mesin yang relatif mahal dan dapat mengganggu pemukiman, sehingga tidak dianjurkan bagi rumah tangga. Yang dapat kita lakukan adalah memakai barang-barang yang terbuat dari plastik secara berulang-ulang, atau membuat kreativitas dari sampah plastik.

 

Styrofoam

Penduduk perkotaan saat ini cukup akrab dengan styrofoam yang sering digunakan sebagai pembungkus barang. Bahan ini dibuatdari zat kimia yang berbahaya, yang apabila dibakar akan menimbulkan gas beracun. Pemakaian styrofoam sebisa mungkin perlu dihindari, karena selain berbahaya bagi kesehatan, sampahnya tidak dapat hancur secara alami.

 

Kertas

Menghemat penggunaan kertas adalah cara terbaik. Selain mengurangi jumlah sampah, kita sekaligus menghemat jumlah pohon yang ditebang. Daur ulang kertas dapat dilakukan dengan menghancurkan dan membuat bubur kertas sebagai bahan dasar produk baru. Hal ini dapat juga dilakukan oleh rumah tangga, namun tidak dianjurkan untuk kertas koran karena banyak mengandung logam berat.

 

Pengelolaan Sampah

Kunci keberhasilan program kebersihan dan pengelolaan sampah terletak pada :

(1) Pemilahan

Tanpa pemilahan, pengolahan sampah menjadi sulit, mahal dan beresiko tinggi mencemari lingkungan danmembahayakan kesehatan. Pemilahan adalah memisahkan antara jenis sampah yang satu dengan jenis yang lainnya. Minimal pemilahan menjadi dua jenis: sampah organik dan non organik. Sebab sampah organik yang menginap satu hari saja sudah dapat menimbulkan bau, namun tidak demikian halnya dengan sampah non organik.

Berbagai bentuk dan bahan wadah pemilahan dapat digunakan. Setiap pilihan memiliki kelebihan dan kekurangan.

Prinsipnya: disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kemampuan masyarakat yang akan memilah. Umumnya pemilahan di lokasi yang telah melakukan program pengelolaan sampah adalah sebagai berikut:


Pengolahan sampah non B3 diantaranya dapat dilakukan:

              Pencacahan: pengolahan fisik dengan memotong/mengurangi ukuran sampah agar lebih mudah diolah, misalnya untuk proses pengomposan rumah tangga.

              Pemadatan: pengolahan fisik dengan menambah densitas (kepadatan) sampah agar volumenya berkurang, terutama untuk menghemat penggunaan truk untuk pengangkutan sampah ke TPA. Contohnya di DKI Jakarta adalah stasiun peralihan antara (transfer station) di Cakung, di Bandung sudah di sediakan beberapa TPA.

Pengomposan/komposting: pengolahan sampah organik melalui pembusukan (proses biologis) yang terkendali. Hasil yang diperoleh disebut kompos.

Daur ulang sampah non organik: pengolahan fisik dan kimia untuk mengubah sampah non organik menjadi material baru yang dapat dimanfaatkan kembali. Contoh: melelehkan plastik dan mencacahnya menjadi bijih plastik, membuat bubur kertas untuk menjadikan kertas daur ulang, dan membuat kerajinan atau hasta karya.

Pembakaran: pengolahan fisik dengan membakar sampah pada temperatur tinggi (diatas 1000 derajat celcius). Pembakaran atau insinerasi sangat mahal dan perlu teknologi tinggi agar tidak berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Karena itu, insinerasi tidak cocok untuk tingkat RT atau RW, yang jumlah sampahnya masih dibawah 120 ton per hari.

 

Reuse, Reduce, Recyle (3R)

3R merupakan singkatan dari kata Reuse, Reduce, dan Recyle hingga saat ini 3R masih menjadi cara terbaik dalam melakukan berbagai permasalahan seperti mengelola dan menangani sampah-sampah yang ada di lingkungan sekitar kita, 3R merupakan langkah-langkah dalam melakukan proses daur ulang sampah dari yang terbuang dan tidak berguna menjadi berguna bahkan bisa menghasilkan uang kembali.

Penerapan sistem 3R merupakan solusi dalam mengelola sampah menjadi berguna seperti kompos atau menjadikan sampah sebagai sumber listrik, sudah banya pembangkit listrik yang menggunakan sampah sebagai sumber utamanya, bahkan sistem 3R ini cara penggunaan dan pengelolaannya bisa dilakukan siapa saja karena cara melakukannya mudah dan simpel.

      

Reuse atau penggunaan kembali adalah kegiatan menggunakan kembali material atau bahan yang masih layak pakai. Sebagai contoh, kantong plastik atau kantng kertas yang umumnya didapa dari hasil kita berbelanja, sebaiknya tidak dibuang tetapi dikumpulkan untuk digunakan kembali saat dibutuhkan.

 

Reduce atau Pengurangan adalah kegiatan mengurangi pemakaian atau pola perilaku kita yang dapat menguarangi produksi sampah, serta tidak melakukan pola konsumsi yang berlebihan. Contohny yaitu dengan menggunakan alat-alat makan atau dapur yang tahan lama dan berkualitas sehingga memperpanjang masa pakai produk atau mengisi ulang atau refill produk yang dipakai seperti aqua galon, tinta printer.

                

Recycle atau mendaul ulang adalah kegiatan mengolah kembali atau mendaur ulang. Pada perinsipnya, kegitan ini memanfaatkan barang bekas dengan cara mengolah materinya untuk dapat digunakan lebih lanjut. Contoh, mengolah sampah organik untuk dijadikan pupuk kompos, mengolah sampah anorganik menjadi handicraft.

 

Membuat kertas daur ulang kertas yang dapat dilakukan di rumah tangga atau masyarakat





 

Lembar Kerja

Alat-alat:

Blender

Screen (cetak saring)

Rekel (dapat dibeli di toko kertas)

Papan kayu yang dilapisi kain tipis (disebut sebagai kain hero)

Bak besar

Bahan:

Kertas bekas (sewarna dan sejenis lebih baik)

Lem kertas

Air


Cara Membuat Kertas Daur Ulang


Langkah kerja :

1.         Kertas bekas dipotong kecil-kecil dengan ukuran sekitar 3 x 3 cm.

2.         Potongan kertas direndam di dalam bak air selama sekitar tiga jam (tergantung jenis kertasnya).

3.         Kertas dilunakkan dengan blender hingga halus hasilnya dan menyerupai bubur kertas (pulp).

4.         Masukkan bubur kertas (pulp) ke dalam bak besar lagi. Bubur kertas dan lem kemudian dimasukkan ke dalam bak besar berisi air. Perbandingan antara air, bubur kertas dan lem adalah: 15 liter air : 3 liter bubur kertas : 1 sendok makan lem. Masukkan karakteristik yang dipilih ke dalam bak, lalu aduk hingga merata dengan campuran pulp dan lem.

5.         Masukkan screen ke dalam bak. Angkat screen hingga pulp tinggal di atas screen.

6.         Basahi papan yang telah dilapisi dengan kain hero. Tempelkan screen ke papan lalu dirakel sehingga airnya turun. Angkat screen hingga kertas menempel di papan

7.         Ulangi langkah berkali-kali hingga papan dipenuhi oleh kertas secara merata. Jemur papan di tempat panas hingga kertas menjadi kering.

8.         Setelah kering, cabut kertas dengan perlahan-lahan.

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembuatan Larutan / Reagensia

KD 3.20. Menganalisis sifat-sifat bahan kimia dalam pembuatan larutan / reagensia KD 4.20. Membuat larutan standar dan larutan pereaksi