A. Penerapan Analisis Gravimetri Penguapan
Penerapan analisis gravimetri penguapan dalam analisis kuantitatif sebagai berikut:
1. Penentuan kadar TSS (Total Suspended Solid) dapat menggunakan gravimetri penguapan, prinsipnya sampel yang telah dihomogenkan disaring menggunakan kertas saring yang telah ditimbang. Kertas saring yang digunakan yakni filter fiber glass (Whatman Grade 934 H) yang mempunyai ukuran pori 1,5 μm (Standard for TSS in water analysis). Setelah proses penyaringan, residu yang tertinggal di kertas saring dikeringkan dengan oven suhu ±150oC sampai diperoleh berat konstan. Penambahan berat kertas saring dihitung sebagai total padatan tersuspensi.
2. Prinsip
analisis kadar air dalam bahan pangan dengan metode gravimetri berdasarkan
penguapan air yang terkandung dalam bahan pangan dengan cara pemanasan pada
suhu 100-105oC menggunakan oven udara, atau pada suhu 70-80oC
menggunakan oven vakum, kemudian bahan kering ditimbang hingga diperoleh berat
konstan. Pengurangan berat antara bahan basah dan kering dihitung sebagai kadar
air yang terdapat dalam bahan pangan.
3. Penentuan
kadar hidrat/air dalam sampel organik dan anorganik dapat dilakukan dengan
gravimetri penguapan. Suatu sampel anorganik, disebut hidrat apabila senyawa
garam memiliki kemampuan untuk mengikat beberapa molekul air/hidrat. Berat
sampel sebelum pemanasan merupakan berat senyawa dan berat air hidrat yang
terikat dalam kristal. Pemanasan menggunakan suhu 110-130oC
bertujuan untuk menguapkan air yang terikat sebagai air kristal sehingga kadar
hidrat/air dapat dihitung dari selisih penimbangan sebelum dan sesudah
pemanasan. Persamaan reaksi senyawa hidrat :
AB . xH2O → AB + xH2O
B.
Penerapan Analisis Gravimetri
Pengendapan
Selain
digunakan untuk analisis kation dan anion, gravimetri pengendapan juga dapat
digunakan untuk analisis:
1) Penentuan kadar saponin pada
tumbuhan tingkat tinggi dengan gravimetri pengendapan dengan cara merefluks
contoh uji dengan proteleum eter pada suhu antara 60-80oC, ketika
larutan telah dingin selanjutnya larutan proteleum eter di buang sedangkan
residu yang masih tertinggal dapat dilarutkan kembali menggunakan etil asetat.
Pisahkan antara residu dan etil asetat, selanjutnya residu yang tertinggal
dilarutkan kembali menggunakan n-butanol kemudian larutan butanolik diuapkan
menggunakan rotavapor. Terakhir, sisa dari penguapan dilarutkan menggunakan
methanol dan selanjutnya larutan tersebut diteteskan ke dalam dietil eter
sambil diaduk hingga terbentuk endapan. Endapan yang telah terbentuk dituang
kedalam kertas saring yang sebelumnya telah diketahui beratnya. Endapan pada
kertas saring ditimbang hingga diperoleh berat yang konstan. Selisih antara
berat kertas saring sebelum dan sesudah penyaringan ditetapkan sebagai berat
saponin.
2) Penentuan
siklamat dalam bahan pangan dengan metode pengendapan dan gravimetri.
Pengendapan dilakukan dengan cara menambahkan barium klorida (BaCl2)
dalam suasana asam kemudian ditambah natrium nitrit (NaNO2) sehingga
terbentuk endapan putih barium sulfat. Endapan putih itu adalah siklamat yang
dalam perdagangan dikenal sebagai sarimanis. Endapan putih yang diperoleh
selanjutnya di cuci dengan air, endapan hasil saringan dikeringkan kemudian
dimasukkan ke dalam furnace yang bersuhu 600oC bertujuan untuk
mengabukan endapan dan selanjutnya endapan ditimbang.
3) Penentuan
kadar uranium dalam serbuk UO2 hasil konversi dari yellow cake (CK)
dapat dilakukan dengan gravimetri pengendapan. Proses pengendapan dilakukan
dengan jalur ammonium diranat (ADU) atau ammonium uranil karbonat (AUK). ADU
dihasilkan dengan bahan pengendap ammonium hidroksida, sedangkan AUK dengan
ammonium karbonat. Selanjutnya endapan ADU dan AUK dikalsinasi (pemanasan pada
suhu tinggi) dengan suhu 900oC hingga terbentuk serbuk U3O8
hasil dari oksidasi UO2.
4) Penentuan
serat kasar dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan gravimetri pengendapan.
Serat kasar merupakan karbohidrat yang tidak dapat larut setelah dimasak dengan
larutan H2SO4 dan NaOH secara berturut-turut. Prinsip
penentuan serat kasar adalah komponen dalam bahan pangan yang tidak larut dalam
pemasakan menggunakan asam encer dan basa encer maka dihitung sebagai serat
kasar dan abu. Nilai serat kasar diperoleh dari bagian yang tidak larut
(residu) setelah dicuci dengan K2SO4, akuades panas, dan alcohol,
kemudian dibakar seperti prosedur analisis abu. Selanjutnya, residu yang tidak
larut disebut sebagai serat kasar.
Prinsip penentuan kadar pektin dengan gravimetri adalah pektin yang telah di ekstraksi, di saponifikasi menggunakan alkali, kemudian diendapkan menggunakan kalsium pektat, dan ditambah kalsium klorida dalam suasana asam. Endapan kalsium pektat yang diperoleh, dicuci menggunakan air panas yang hampir mendidih hingga bebas pengotor klorida, kemudian dikeringkan dalam oven 105oC dan ditimbang. Pektin merupakan karbohidrat komplek yang dapat ditemukan pada dinding tumbuhan non kayu, terutama pada buah-buahan misalnya jeruk dan apel.
Untuk peralatan dasar yang digunakan pada proses analisis gravimetri dapat disimak pada video berikut:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar